Catatan Terapi Jantung Koroner
Catatan April 2014
Jantung koroner, nyeri dada kiri menguap setelah 3x terapi
Status pasien N, laki, 51 thn,
Jakarta, menderita jantung koroner pada beberapa titik di 3 saluran (arteri), 1
titik menyumbat 100%, 2 titik menyumbat 90 %, 1 titik 80%, dan 2 titik 70%
(berdasarkan hasil foto koroner angiogram, lihat gambar). Dokter menyarankan
harus segera dilakukan tindakan bypass. Telah dicoba dengan terapi EECP
(Enhanced External Counterpulsion) sebanyak 36x (1 bulan) namun kemajuannya
hanya 4 %. Kondisi fisik belum dirasakan berubah, cepat lelah, bila berjalan
tidak bisa jauh/lama, terasa lelah dan nyeri di dada sebelah kiri.
Sabtu 5 April 2014, jam 09.11 yang bersangkutan saya periksa secara kualitatif dengan quantum magnetic resonance analyzer, Coronary Artery Elasticity- nya memang rendah, artinya terjadi penyumbatan serius di arteri koroner . Untuk menanggulangi kasus jantung koroner tersebut direncanakan 3x terapi, dengan jeda waktu 2 jam untuk setiap kali terapi. Terapi pertama dilakukan totok setrum elektrostatik dengan jari pada seluruh jalur organ (jari kaki dan tangan), selanjutnya didaerah dada untuk sirkulasi jantung. Terapi selesai dalam 15 menit. Selanjutnya diberikan asupan herbal pembakar lemak dan sirkulasi jantung. Dua jam kemudian, kembali dilakukan terapi yang sama seperti diatas, yaitu terapi yang kedua. Setelah terapi kedua selesai, pasien diminta untuk melakukan aktifitas jalan kaki untuk mengetahui kondisi fisik yang bersangkutan.
Sebelum melakukan terapi yang ketiga, pasien memberikan laporan bahwa setelah
jalan kaki selama 7 menit, masih terasa letih dan dada kiri terasa nyeri. Oleh
karena itu pada terapi ketiga dimulai terapi kombinasi dengan menggunakan alat
“nanocurrent pen” untuk titik ginjal di tapak kaki, dan beberapa titik diarea
dada/jantung. Terapi ketiga selesai dalam waktu 12 menit, dan pasien saya
anjurkan untuk mencoba naik-turun tangga (3 lantai) untuk mengetahui pengaruh
hasil terapi terhadap fisik. Setelah dicoba oleh pasien untuk naik-turun
tangga, tidak terasa letih dan tidak terasa lagi nyeri di dada kiri, hanya
jantung berdebar-debar. Alhamdulillah, ada perbaikan pada arteri koroner karena
rasa nyeri di dada kiri sudah tidak dirasakan.
Minggu 6 April 2014, jam 09.54 yang bersangkutan saya periksa kembali secara kualitatif dengan quantum magnetic resonance analyzer, Coronary Artery Elasticity- nya ada kemajuan 15 poin, dan Stroke Volume membaik (dari warna kuning, berubah jadi biru). Kemudian mulai diterapi kembali dengan rencana terapi 3x sehari. Terapi dilakukan dengan totok setrum dengan jari, dan dikombinasi menggunakan “microcurrent pen”. Terapi tahap pertama selesai 15 menit. Setelah 2 jam, terapi kedua dilakukan dengan cara yang sama. Demikian pula terapi ketiga. Setelah terapi ketiga sang pasien mencoba naik-turun tangga (3 lantai) 3x bolak-balik, tanpa terasa letih ataupun nyeri di dada kiri, hanya jantung berdebar lebih kencang, artinya secara fisik ada perbaikan yang berarti, karena rasa nyeri di dada kiri tidak muncul. Kami amati kondisi yang bersangkutan sampai hari ini (Rabu, 9 April 2014), sang pasien tidak merasakan lagi keluhan nyeri di dada kiri, ataupun dada berdebar-debar, ataupun rasa cepat letih seperti sebelumnya.
Namun demikian progress diatas masih perlu perawatan lanjut, untuk beberapa
kali terapi lagi, sampai dengan kondisi kasus jantung koroner tersebut
benar-benar sudah aman alias sudah tidak beresiko lagi bagi yang bersangkutan.
Kesimpulan :
SELAC (Sinusoidal Electro Acupressure) dengan “Microcurrent pen” yang
kami kembangkan sendiri memberikan prospek yang sangat berarti untuk solusi
penderita jantung koroner, hanya dalam waktu relatif cepat, singkat, rasa nyeri
di dada kiri bisa diatasi (hanya dalam sehari). Walaupun masih perlu konfirmasi
pemeriksaan foto koroner angiogram untuk mengetahui sampai seberapa jauh
kondisi koroner pasien bisa terbantu, namun prestasi terapi ini sangat
menjanjikan bagi penderita jantung koroner, sebelum memutuskan untuk pasang
ring atau bypass. Sangat efektif, cepat, murah, alamiah, dan aman. Insya Allah.
Pada Ahad 15 Agustus 2021 yang lalu, sekitar jam 14.00 saya
dikunjungi bp.DD, 69 thn, biasanya untuk terapi pemeliharaan kesehatan.
Sebelumnya beliau cerita bahwa tadi pagi dikolam renang bersama keponakan, dan
merasa lebih kuat berenangnya dibandingkan sang keponakan.
Kemudian pertama saya lakukan pemeriksaan dengan oximeter
(waspada karena pandemi), kok bunyi (warning). Saya lihat %SpO2 (Saturation of
Peripheral) pada angka 98 artinya saturasi oksigen normal namun bpmPR (Pulse
Rate Beats per minute) pada angka 44 berwarna merah (normal 60-100 bpm).
Rupanya bunyi itu adalah warning untuk denyut jantung yang lemah. Kondisi ini
baru pernah saya alami , pengalaman pertama, karena biasanya yang bunyi adalah
warning untuk saturasi oksigen. Selanjutnya saya ukur tekanan darah pasien
yaitu 129/76, denyut jantung 55. Tekanan darah normal namun denyut jantung
kurang. Tindakan yang saya lakukan adalah segera melakukan terapi pada titik
REN 17 (titik akupuntur ditengah-tengah dada) dengan menempelkan 2 buah Pad
probe pada titik tersebut selama 30 menit (SELAC Therapy/Elektro Akupresur),
setelah itu dilanjutkan pada titik REN 14 (titik akupunktur di uluhati) dengan
menempelkan 2 buah Pad Probe pada titik tersebut selama 30 menit. Terapi selesai
dalam waktu 60 menit, dan tekanan darah kembali di ukur, hasilnya 129/83,
denyut jantung 69. Tekanan darah dan denyut jantung normal, artinya sirkulasi
jantung menjadi normal. Alhamdulillah, hasil terapi efektif. Kemudian saya
berikan Daun Dewa sebagai asupan herbal untuk mendukung perbaikan sirkulasi
jantung.
Dengan contoh kasus diatas bisa diambil pelajaran yaitu
sebaiknya teman-teman para lansia berhati-hati dalam melakukan aktivitas
olahraganya, tidak perlu ngotot, karena kapasitas organ sudah mulai berkurang,
cukup sekedar menjaga kesehatan saja, ketimbang beresiko fatal.
Seperti kenyataan yang kita hadapi adalah, tiap hari usia
kita makin bertambah dan fungsi organpun makin menurun, daya tahan tubuhpun
akan terpengaruh, apalagi jarang melakukan olahraga teratur, lantas bagaimana
kita harus mensiasatinya?. Dalam kesempatan ini saya akan berbagi pengalaman menangani
atau memperbaiki kondisi penyumbatan sirkulasi jantung koroner yang banyak
menjadi penyebab serangan jantung yang fatal dan bisa menyebabkan kematian.
Tentukan titik T7, ruas thoracic yang ke 7 pada ruas tulang
belakang, kemudian tekan dibawah ruasnya dengan ibujari sambil diputar selama 5
menit atau bisa juga menggunakan ujung
pen, atau koin kecil. Rasa sesak akibat penyumbatan jantung koroner akan
berkurang, dan bisa diulangi sesuai kebutuhan hingga kondisi terasa nyaman,
tidak ada nyeri lagi.
Kenapa titik ini diandalkan ? karena letaknya tepat
dibelakang Jantung, disamping itu titik ini dikenal di dunia akupunktur sebagai
akupoin Zhiyang DU-9 yang sering digunakan untuk masalah sumbatan jantung koroner ataupun kasus Angina Pectoris.
Pengamatan oleh Dr. Chen Decheng
, (100 Diseases Treated by Single Point of Acupuncture and Moxibustion, Chen
Decheng, © Foreign Languages Press, Beijing, China, 2001), 40 kasus yang
diterapi dengan cara diatas 39 kasus pulih, dan 1 kasus tidak pulih (terapi
sekitar 40 menit, dengan 6-8 sesi).
Saya sudah melakukannya kepada pasien-pasien saya dengan
elektro akupresur pen, hasilnya efektif.
Selamat mencoba, salam sehat.
Komentar
Posting Komentar